MANADO, BahanaInspirasi.com – Smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah tengah menjadi perbincangan usai terjadi insiden ledakan dan kebakaran yang memakan puluhan korban, Minggu (24/12/2023).
Adapun, PT ITSS disebut merupakan salah satu investasi smelter dari China di Morowali.
Berdasarkan pernyataan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kebakaran unit smelter PT ITSS yang terjadi pada Minggu (24/12/2023) pukul 05.30 WITA itu diduga disebabkan adanya cairan mudah terbakar yang berada di bawah tungku yang sedang diperbaiki.
Kondisi tersebut memicu ledakan dan merembet ke tabungan oksigen yang ada di area sekitar.
Dikutip dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kepemilikan PT ITSS dikendalikan oleh Bintang Delapan Mineral sebesar 20% dan Shanghai Decent Investment atau induk dari Tsingshan Holding Group memiliki 80% saham.
Adapun, raksasa baja dan nikel asal China itu telah berinvestasi di Indonesia sejak 2009 dan fokus mengembangkan industri olahan nikel. PT ITSS saat ini berlokasi di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park atau PT IMIP sebagai pengelola kawasan.
Sementara itu, induk usahanya, yakni Tsingshan Holding Group telah berdiri sejak 1980-an yang fokus memproduksi dan peleburan baja tahan karat.
Perusahaan multinasional ini telah melebarkan sayapnya di Indonesia, Singapura, Amerika Serikat dan negara lainnya.
Di Kawasan Industri Morowali, Tsingshan dan Bintang Delapan Group menanamkan modal sekitar US$6 miliar. Lewat investasi tersebut, Indonesia disebut menjadi salah satu produsen stainless steel yang diperhitungkan di pasar global.
Tak hanya di kawasan industri Morowali, Tsingshan juga berminat berinvestasi di kawasan industri lain, seperti di Weda Bay dan Tanah Kuning. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebelumnya menyatakan perusahaan asal China Tsingshan Holding Group melirik peluang investasi di kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara.
Tsingshan berencana membangun kompleks feronikel terintegrasi di kawasan tersebut dengan nilai investasi mencapai US$28 miliar. Perusahaan ini ingin menggarap kompleks pemurnian logam terintegrasi dengan membangun pabrik feronikel berkapasitas 1,5 juta ton, ferrochrome 1,2 juta ton, stainless steel 1,2 juta ton, mangan 0,5 juta ton, ferrosilicate 0,2 juta ton, baja karbon 10 juta ton, dan alumina 1 juta ton, serta membangun pembangkit hydropower sebesar 7.200 megawatt.
Sementara itu, Tsingshan juga menjadi salah satu dari tiga perusahaan patungan asal China yang berinvestasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera Tengah.
Adapun, tiga investor itu, yakni, Tsingshan, Huayou, dan Zhenshi. Kawasan industri Weda Bay disebut menelan total investasi mencapai US$10 miliar, yang merupakan realisasi dari perjanjian antara Eramet group (Prancis) dan Tsingshan bersama dengan partner lokal, yaitu PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk.
(redaksi)
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Profil Smelter Nikel di Morowali yang Meledak, Digarap Raksasa China”, Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20231224/257/1726878/profil-smelter-nikel-di-morowali-yang-meledak-digarap-raksasa-china.